Creative Writing 

Matahari belum muncul ketika bis menepi di sebuah mushola kecil di pinggir jalan. Udara dingin pagi menyambut kami, aroma tanah basah menyejukkan wajah. Aku menunaikan sholat subuh, berdiri di tengah hening, membiarkan doa mengalir bersama desiran angin pagi. Sebagian teman mandi pagi untuk menyegarkan diri, sementara aku hanya duduk sebentar di serambi, menikmati ketenangan yang menenangkan hati sebelum hari dimulai.

***

Cerita perjalanan menyimpan berjuta kenangan serta harapan. Menuliskannya membuat sang penulis hanyut kembali ke dalam kisah perjalanan, sekaligus mengajak pembaca bertualang ke tempat-tempat yang mungkin belum pernah dikunjungi. Dalam buku ini, ada puluhan kisah perjalanan penuh arti. 

Antologi ini lahir dari pertemuan hati para penyair serumpun dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura pada ajang Festival Puisi 3 Negara. Setiap penyair membawa kisah, kenangan, dan harapan dari tanah masing-masing. Tanah yang membawa kerinduan pada akar budaya yang sama.

Buku ini bukan sekadar kumpulan puisi. Ia adalah perayaan kebersamaan dan keindahan kata. Kehadirannya membawa gema kolektif yang menegaskan bahwa sastra tetap menjadi ruang temu yang hangat dan setara.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh penyair yang telah mempersembahkan karya terbaiknya. Kepada panitia dan kurator yang telah menenun seluruh proses ini dengan penuh cinta, serta kepada para pembaca yang sudi menyelami setiap halaman dengan hati terbuka.

Semoga antologi “Akar Serumpun, Anyaman Rasa” ini menjadi tanda persahabatan budaya yang terus hidup, mengingatkan kita bahwa dari akar yang sama, tumbuhlah beragam bunga yang mekar dalam bahasa, rasa, dan makna.

Selamat membaca.

Hujan dan Kenangan adalah tema yang dapat menjadi jembatan para peserta untuk mengungkapkan rasa dan pikirannya ke dalam puisi. Apalagi, bulan Juli sudah memasuki musim kemarau, tentu ada banyak hal yang dapat ditulis tentang hujan di bulan-bulan sebelumnya. Prediksi itu tepat, ada sekitar 500an peserta yang mengikuti kelas ini, dan ratusan puisi yang tercipta dari tema yang diusung itu. Banyak puisi yang tercipta tentang Hujan dan Kenangan. Namun, memilih puisi yang baik secara keseluruhan tentu bukan hanya soal ‘rasa’ ada beberapa hal yang perlu dicatat : (1) Gaya ungkap (2) Pemilihan kata (3) Logika dan peristiwa (4) Imaji dan Gaya Bahasa. Hal-hal tersebut mengikat pada utuh puisinya, yang pada akhirnya puisi itu berbeda dengan yang lainnya 

Buku ini berisi 45 cerita mini yang memiliki ragam kisah, yang dibalut ke dalam berbagai macam genre dengan ending yang mengejutkan. Pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis sangat kental dengan kehidupan masa kini. Cerita menarik yang dapat teman-teman baca dalam buku ini antara lain: “Preman”, “Kelereng Retak”, “Km 86”, “Rambut Ikal Pirangku”, “Unas 2012”, “Remang Malam”, “Tiba-tiba Dia Terpingkal”, “Yang Tak Pernah Kita Lihat”, “Menu Istimewa”, “Rok Merah”, “Foto Lama”, “Mal Runtuh”, “Tak Mau Mandi”, “Anak Emas”, “Jamu”, “Kisah Klasik”, “Malam Mencekam”, “Di Antara Dua Sujud”, “Warisan”, “Mainan”, “Lily dan Dokter Cantik”, “Jodohku Buta dan Tuli”, “Opung Yosef”, “Mayat Mas Pardi”, “Aku Bisa Melihat Masa Depan”, “Setelah Paket Panik Kemudian”, “Santri Anak Petani di Kampus Luar Negeri”, “Pemulung dan Kardus Minuman”, “Zang”, “Salah Tidur Or Sholat??!”, “Jangan Buka Tirai Itu”, “Hadiah untuk Bu Guru”, “Kelas Malam”, “Jadi Bersih Kan, Bu?”, “Payung Hitam”, “Bel Malam Kamar Flamboyan”, “Villa Kecil di Kaki Bukit”, “Dua Wajah Papi”, “Purnama Abadi”, “Seratus Ribu”, “Kamis Menangis”, “Jangan Salahkan Takdir”, “Ke Pasar Senen”, “Si Baek”, “Cemburu”. 

Sebagaimana definisinya, bianglala memiliki banyak warna dan bentuk lengkung. Begitu pun semua tulisan dalam antologi ini, masing-masing memiliki kisah dan suasana sendiri. Saya membacanya dengan perasaan riuh, dekat sekali temanya dengan keseharian di sekitar kita.

(Tias Tatanka, penulis The Traveler's Wife) 

Media Coverage: 

•  https://www.youtube.com/watch?v=2ogjsQaPImY

• https://www.kurungbuka.com/buku-adelaide-in-memories-sweet-escape-terbit-di-hari-ibu/

Sinopsis

26 Kisah setelah 26 tahun!

'Secangkir Kopi Persahabatan Jejak Kisah AIS36' memuat 26 tulisan alumni AIS36. Perjumpaan AIS36 terjadi pada September 1994 di Otista 64C. Sejak pertemuan 26 tahun silam itu, tak ingin lagi berpisah. Ruang dan waktu mungkin memisahkan raga. Ikatan hati justru kian menyatu-padu. Buku ini mengungkap kilas balik dan esensi perjumpaan terhadap perjalanan hidup, perjuangan, kebulatan tekad, cinta, persahabatan, integritas, juga keikhlasan, tawakal, serta kesabaran.

"Kenangan tentang masa-masa kuliah dan kisah suka duka memajukan perstatistikan Indonesia yang ditulis oleh para alumni AIS36 ini kaya warna karena ditulis dari berbagai sudut wilayah Indonesia", Dr. (Kecuk) Suhariyanto (Kepala BPS-RI).

"Seperti sajian secangkir kopi di pagi hari yang semerbak aromanya dapat membangkitkan inspirasi dan gairah untuk memulai aktivitas, semoga kisah-kisah yang terangkum dalam buku ini dapat menjadi pelecut semangat untuk terus berkarya", Dr. Erni Tri Astuti, M. Math (Direktur Politeknik Statistika STIS).

"Buku ini adalah sumber belajar yang sangat baik sehingga generasi yang mendatang akan dapat memahami perjalanan dan perjuangan alumni AIS36," Dr. Margo Yuwono, S.Si, M.Si (Ketua HAISSTIS).

"Selamat menikmati berbagai variasi kisah dalam secangkir kopi persahabatan ini. Seruputlah dengan perlahan-lahan, agar kenikmatan kopi yang diteguk mampu teresapi secara sempurna", Profesor Abuzar Asra,M.Sc., Ph.D (Alumni AIS'15).